Lama nggak bercerita.
Oke, mulai darimana? Oh- ya. Sekarang saya sudah nggak bekerja di Radio lagi. Lumayan lah, 3 tahun terakhir capek juga. Bukan apa-apa, saya memutuskan untuk menjalani cita-cita lama saya dari SMA, menjadi kuli tambang.
Kuli? Memang sih kedengarannya cukup nista. Weits! Nggak ada pekerjaan yang nista. Semua pekerjaan itu baik, kecuali mencuri, merampok, memperkosa, dan sejenisnya. Korupsi terutama. Oke, untuk lebih jelasnya, tentang bagaimana awalnya saya meninggalkan pekerjaan di Radio (yang sebenarnya sangat saya cintai) dan menjadi kuli tambang, saya akan mewawancarai diri saya sendiri.
Q : Halo, apa kabar, Virgo? Atau Igo?
A : Kabar baik, Alhamdulillah. Terserah mau panggil apa saja, asal jangan panggil saya Mbak.
Q : Jadi, kenapa anda memutuskan untuk berhenti bekerja di radio?
A : Sebenarnya, saya nggak ingin berhenti, nggak pernah. Hanya saja, hidup itu penuh kejutan. Bentuk kejutannya macam-macam. Mulai dari kabar, pengalaman, sampai kesempatan. Nah, yang saya temui adalah kejutan yang terakhir saya sebutkan tadi.
Q : Jadi, anda memutuskan untuk berhenti bekerja di radio karena ada kesempatan lain yang lebih bagus?
A : Lima puluh persen, ya. Lima puluh persen yang lain... Kamu pernah dengar comfort zone?
Q : Yang ada di iklan-iklan pembalut wanita?
A : Matamu! Comfort zone alias zona nyaman itu adalah saat kamu bekerja di satu tempat atau perusahaan, dan kamu menguasai, atau seenggaknya merasa menguasai dalam kasus saya, semua pekerjaan yang kita lakukan di perusahaan. Sehingga kita merasa nyaman, lama-lama demotivated alias nggak ada motivasi lagi. Stuck. Sejauh pengetahuan saya seperti itu sih. Nggak tahu kalau ada penjelasan lain tentang comfort zone.
Q : Anda merasa menguasai semua pekerjaan di perusahaan lama?
A : Sama sekali enggak. Masih banyak hal yang harus saya pelajari. Tapi, di kantor saya sebelumnya, di situlah saya banyak sekali belajar mulai dari A sampai Z. Saya sangat beruntung bekerja di tempat itu.
Q : Kesimpulannya adalah, anda memutuskan banting stir dari orang radio menjadi orang tambang karena ada kesempatan dan anda merasa terlalu nyaman dengan pekerjaan di radio?
A : Jangan menyimpulkan sesuatu sembarangan. Bukan begitu. Ah, saya jadi bingung kan? Nggak gitu. Jadi, jauh sebelum saya mendapat kesempatan untuk mencoba bekerja di radio saat masih kuliah sekitar 7 tahun lalu... 7 tahun. Damn. Tua juga ya... Nah, sebelum bekerja di radio pertama, saya punya cita-cita untuk bekerja di perusahaan pertambangan. Alasannya sederhana, saya melihat pakdhe saya cukup sukses bekerja di pertambangan. Terutama secara finansial. Sebelum lulus SMA, saya punya cita-cita untuk itu. Jadi anggap saja, keputusan yang saya ambil ini adalah bagian dari cita-cita hidup saya.
Q : Oke. Anda mata duitan juga rupanya?
A : Matamu lah... Siapa sih yang nggak butuh duit di dunia ini? Oke, kamu bisa bilang uang bukan segalanya, tapi- segalanya butuh uang? Memang, gaji, pendapatan finansial, juga menjadi pertimbangan saya untuk meninggalkan pekerjaan di radio. Tapi bukan berarti satu-satunya alasan saya adalah duit. Walaupun saya memang butuh duit buat biaya nikah akhir tahun ini.
Q : Anda curhat?
A : Nggak. Lu tanya, gua jawab. Cuk.
Q : Baiklah, walaupun alasan anda nggak begitu jelas. Anggap saja saya sudah mengerti. Pertanyaan berikutnya, apakah anda nyaman menjadi seorang kuli tambang?
A : Saya luruskan. Saya bukan kuli. Saya memang bekerja di bidang pertambangan, tapi saya bukan kulinya. Oke? Tapi nggak apalah kamu sebut kuli, yang penting gaji nggak kuli. Hmmm... Nggak terasa sudah satu bulan saya bekerja di kantor baru. Sejauh ini, cukup nyaman. Saya yang semula males buat hitung menghitung dan membuat formula-formula di Excel, menjadi sangat suka bermain Excel dan matematika. Menyenangkan, seperti main game. Saya merasa jadi insinyur. Hahaha
Q : Anda memang sombong atau pura-pura sombong?
A : Terserah penilaian orang.
Q : Apakah anda menyesal meninggalkan dunia radio dan menjadi kuli tambang seperti sekarang?
A : Saya nggak bilang meninggalkan dunia radio. Yang jelas ini adalah keputusan yang sudah saya ambil. Penyesalan hanya akan menendangmu ke jurang. Saya nggak menyesal. Di tempat dan bidang pekerjaan yang baru ini, saya menemukan banyak hal baru yang sama sekali belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Yang paling menyenangkan adalah, saya bertemu dengan orang-orang dari belahan wilayah lain di Indonesia. Batak, Bugis, Banjar, Dayak. Semua suku ada di sini. Saya berkenalan dengan mereka, berteman dengan mereka, dan yang paling saya suka adalah mempelajari bahasa daerah mereka.
Q : Baik. Terimakasih atas waktunya.
A : Ya. Silahkan pergi.
- END -