Ogoh-ogoh |
Ogoh-ogoh berbentuk Naga, diarak saat proses 'pengerupukan' |
Ribuan ogoh-ogoh, baik yang dibuat banjar atau perorangan, akan diarak sehari sebelum nyepi. Proses ini namanya 'pengerupukan' (CMIIW). Ogoh-ogoh yang selesai diarak akan dibakar. Pak Nyoman bilang proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta. Mensucikan alam dari makhluk-makhluk jahat yang dilambangkan oleh ogoh-ogoh.
Tiga hari sebelum Nyepi (hari Selasa), ada upacara Melasti. Saya nggak tahu upacara ini bertujuan untuk apa (belum nanya ke pak Nyoman, hehehe), yang jelas di daerah Kuta, upacara Melasti menyebabkan macet sampai setengah jam di jalan Legian. Dan saya terjebak di tengah kemacetan itu. Tapi dengan melihat langsung upacara ini, saya benar-benar merasa ada di Bali! Maklum, Bali sekarang sudah beda dengan pertama kali saya kesini sepuluh tahun lalu. Tapi Bali tetap indah walaupun sudah banyak gedung dan lalu lintasnya macet. :))
Tutup semua jendela dan ventilasi dengan koran. :D |
Dan saat saya menulis artikel ini, masih jam satu siang WITA, jadi belum begitu terasa Nyepi-nya. Kecuali rumah lebih gelap karena jendela dan ventilasi sudah tertutup koran. Mungkin lain halnya nanti malam. Semua lampu nggak boleh menyala, nggak ada cahaya, nggak boleh ada suara. Intinya, harus benar-benar sepi! ...dan gelap.
Oh ya~ saat Nyepi, semua saluran televisi dan radio mati, bandara, pelabuhan, terminal, dan semua fasilitas lain ditutup. Untungnya listrik masih menyala, tapi nggak bisa menyalakan lampu (daripada berurusan dengan pecalang). Kesimpulannya, Nyepi di Bali itu menyenangkan!