Monday, August 22, 2011

12 Candi di Blitar


Masih membahas seputar kota kecil nan damai, Blitar. Kali ini, saya coba mengangkat tentang situs-situs sejarah yang tersebar di Blitar, dalam hal ini yang terutama adalah Candi.

Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa ataupun memuliakan buddha. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha atau klasik Indonesia, baik sebagai istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.

Blitar merupakan salah satu kota/kabupaten yang paling banyak memiliki candi di Jawa Timur. Dari 36 total jumlah candi yang ditemukan di Jawa Timur, 12 diantaranya terletak di Blitar (sekitar 40 persen). Sayangnya tidak semua candi-candi tersebut terawat atau ditemukan dalam keadaan yang baik. Berikut candi-candi yang ditemukan di Blitar.

1. Candi Bacem

Candi Bacem terletak di dusun Cungkup, desa Bacem, kecamatan Sutojayan, kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi yang terbuat dari batu bata ini terdiri dari dua buah candi, yaitu candi Bacem I yang mempunyai ukuran tinggi 109 cm, panjang 310 cm, lebar 300 cm, dan Candi Bacem II yang berukuran tinggi 110 cm, panjang 540 cm dan lebarnya 500 cm. Bentuk dari kedua candi ini tidak beraturan karena susunan batu batanya sudah tidak menunjukkan profil yang jelas, dan hanya tinggal susunan batu bata pada pondasinya saja, sedangkan bagian tubuh dan atap candi sudah tidak ditemukan lagi.

Candi ini mempunyai tangga naik yang tebuat dari batu andesit yang terletak di sebelah utara. Candi Bacem I mempunyai 6 buah umpak batu dan dua buah batu candi dengan batu sudut antefik. Sedangkan di Candi Bacem II ditemukan 11 buah umpak, baik yang masih polos maupun yang sudah mempunyai hiasan, lima buah batu candi dan satu buah puncak candi. Jarak antara Candi Bacem I dan Candi Bacem II sekitar 500 m.

2. Candi Gambar Wetan

Candi Gambar Wetan terletak 7 km ke arah utara Candi Penataran. Tidak ada kendaraan umum yang secara khusus bisa mengangkut wisatawan langsung ke Candi Gambar Wetan. Yang ada hanyalah menumpang truk pasir ke arah penambangan pasir atau disebut juga dengan "laharan" di sebelah selatan perkebunan Candi Sewu.

Sebagian dari keseluruhan tanah di sekitar candi ini tanah berpasir karena candi ini terletak di sebelah sebelah selatan Gunung Kelud dan menjadi aliran lahar Gunung Kelud. Candi ini dapat ditempuh dengan menumpang truk pasir ke arah utara 7 km dan baru berjalan kaki ke arah candi dengan melewati wilayah perkebunan tebu (dahulu perkebunan kopi pada zaman belanda).

Candi ini tidaklah utuh. Hanyalah tinggal batur candi yang masih utuh dengan sebagian relief yang masih tersisa. Bagian lain dari komponen areal ini adalah 2 buah dwarapala yang menjaga di pinggir tangga masuk candi ini. Candi berada diatas puncak bukit dengan melalui tangga yang dibuat dengan dwarapala yang menjaganya. Berdasarkan berbagai gaya yang ditemui dari sisa hiasannya, candi ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Majapahit.

3. Candi Kalicilik

Candi Kalicilik adalah sebuah candi Hindu yang terletak di desa Candirejo, kecamatan Ponggok, kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bangunan candi ini terbuat dari bata merah dan memiliki denah bujur sangkar dengan ukuran 6,8 m x 6,8 m, serta tingginya 8,3 cm. Candi ini terdiri atas tiga bagian yaitu candi, tubuh candi dan atap candi. Pintu candi menghadap ke arah barat dan di atasnya terdapat hiasan berupa kala.

Pada sisi utara, timur dan selatan terdapat relung-relung yang juga berhiaskan kala pada bagian atasnya. Bilik candi kosong dan pada dindingnya terdapat relief Dewa Surya yang dikelilingi oleh sinar matahari. Relief ini merupakan relief Surya Majapahit, yakni simbol dari masa Kerajaan Majapahit. Bagian puncak candi telah hilang, sedangkan bagian kaki candinya telah direnovasi pada tahun 1993.

4. Candi Kotes

Candi Kotes terletak di desa Kotes, kecamatan Gandusari, kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi Kotes I mempunyai ukuran panjang 360 cm, lebar 224 cm, tinggi 142 cm, dan struktur bangunan candinya hanya tinggal bagian kaki candi yang berbentuk segi empat. Candi Kotes I arahnya menghadap ke barat dan pada bagian timur laut candi terdapat pahatan angka 1223 Saka (1301 M). Di atas kaki candi terdapat dua buah altar dan satu miniatur candi. Miniatur candi ini memiliki tiga bagian yaitu atap candi, tubuh candi dan kaki candi.

Di bagian tubuh candi terdapat pintu gerbang yang menghadap ke arah barat dan diatas pintunya tersebut terdapat hiasan berupa kala, sedangkan di sisi sebelah utara, timur dan selatan tubuh candi terdapat relung-relung semu yang di atasnya juga terdapat hiasan kala. Bagian atap candi berbentuk kubus yang penuh dengan ukiran dan hiasan antefik.

Candi Kotes II kondisi bangunannya masih baik dan mempunyai ukuran panjang 754 cm, lebar 537 cm dan tingginya 90 cm. Candi Kotes II berbentuk segiempat, dan bangunan yang tersisa hanya berupa dasar candi dan tangga masuk yang berada di sebelah barat, sedangkan di sisi tangga terdapat pahatan angka tahun 1222 Saka  (1300 M).

5. Candi Penataran

Candi Panataran adalah sebuah candi berlatar belakang Hindu (Siwaitis) yang terletak di desa Penataran, kecamatan Nglegok, di sebelah utara Blitar. Kompleks candi ini merupakan yang terbesar di Jawa Timur. Candi ini mulai dibangun dari Kerajaan Kadiri dan dipergunakan sampai dengan Kerajaan Majapahit. Candi Penataran ini melambangkan penataan pemerintahan kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa Timur.

Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering meletus. Kitab Negarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk, yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Candi Palah untuk melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapati yang berwujud Girindra (raja penguasa gunung).

Kesamaan nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan nama Ken Arok yang bergelar Girindra atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran adalah tempat pendharmaan (perabuan) Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain wangsa Rajasa dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan (khodam) sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok.

Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam ikonografi reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas berbeda dari candi-candi Jawa Tengah dari sebelum abad ke-11 seperti Candi Prambanan. Wujud relief manusia digambarkan mirip wayang kulit, seperti yang bisa dijumpai pada gaya pengukiran yang ditemukan di Candi Sukuh, suatu candi dari masa akhir periode Hindu-Buddha dalam sejarah Nusantara.

6. Candi Plumbangan

Candi Plumbangan adalah sebuah candi yang terletak di desa Plumbangan, kecamatan Doko, kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bentuk bangunan candi ini berupa pintu gerbang paduraksa  dengan puncak berbentuk kubus. Pintu gerbang ini terbuat dari batu andesit, dengan ukuran panjang 4.09 m, lebar 2,27 m dan tingginya 5,6 m.

Pintu gerbang memiliki sayap pada kanan kirinya dan tidak mempunyai relief, namun hanya mempunyai pelipit garis saja. Pada bagian atas ambang pintu terdapat pahatan angka tahun 1312 Saka  (1390 M). Secara umum kondisi candi saat ini masih cukup terawat.

7. Candi Rambut Monte

Candi Rambut Monte adalah sebuah candi yang terletak di desa Krisik, kecamatan Gandusari, kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini terbuat dari batu andesit dan berdenah segi empat, dengan berukuran panjang 292 cm, lebar 296 cm dan tingginya 85 cm dengan tangga naik berada di sisi barat. Bangunan candi hanya tinggal bagian kaki dan tubuhnya saja, sedangkan bagian atap candi telah mengalami keruntuhan.

8. Candi Sawentar

Candi Sawentar terletak di desa Sawentar, kecamatan Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Di dalam Kitab Negarakertagama, Candi Sawentar disebut juga Lwa Wentar. Bangunan candi ini dahulunya merupakan sebuah kompleks percandian, karena disekitarnya masih ditemukan sejumlah pondasi yang terbuat dari bata, dan candi ini diduga didirikan pada awal berdirinya Kerajaan Majapahit.

Candi yang terbuat dari batu andesit ini berukuran panjang 9,53 m, lebar 6,86 m dan tingginya 10,65 m. Pintu masuk menuju bilik berada di sebelah barat, dengan ornamen makara pada pipi tangga, sedangkan relung-relungnya terdapat pada setiap dinding luar tubuh candi. Di dalam ruangan bilik ditemukan akas arca  dengan pahatan burung garuda, yang dikenal sebagai kendaraan Dewa Wisnu. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa Candi Sawentar merupakan bangunan suci yang berlatar belakang agama Hindu.

9. Candi Sumbernanas

Candi Sumbernanas merupakan sebuah candi yang terletak di desa Candirejo, kecamatan Ponggok, kabupaten Blitar. Dalam laporan pada abad ke-19 M, candi ini disebut dengan nama Candi Genengan atau Candi Puton. Candi ini menghadap ke arah barat, sedangkan bilik candinya dalam keadaan kosong, dan di atas pintu masuk bilik candi tersebut dipahatkan angka 1271 Saka (1349 M).

Saat ini yang tersisa dari bangunan candi adalah bagian dasar dengan ukuran panjang 7,6 m dan lebar 7,4 m. Di atas pintu masuk dan relung candi terdapat hiasan yang berupa kala dan di halaman candinya ditemukan arca Siwa Mahaguru dan Mahakala. Candi ini terbuat dari bata merah dan sekarang ini dalam kondisi yang sudah rusak.

10. Candi Wringin Branjang

Candi Wringin Branjang terletak di desa Gadungan, kecamatan Gandusari, kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini letaknya masih satu kompleks dengan situs Gadungan, jaraknya sekitar 100 m di sebelah barat situs Gadungan I. Candi yang terbuat dari batu andesit ini memiliki bentuk yang sangat sederhana.

Struktur bangunannya tidak memiliki kaki candi, tetapi hanya mempunyai tubuh dan atap candi saja, dengan ukuran panjang 400 cm, lebar 300 cm dan tingginya 500 cm. Sedangkan pintu masuknya berukuran lebar 100 cm, tingginya 200 cm dan menghadap ke arah selatan. Pada bagian dinding tidak terdapat relief atau hiasan lainnya, tetapi dinding-dinding ini memiliki lubang ventilasi yang sederhana.

Bentuk atap candi menyerupai atap rumah biasa, dan diduga bangunan candi ini merupakan tempat penyimpanan alat-alat upacara dari zaman Kerajaan Majapahit yakni pada abad ke 15 M.

11. Candi Tepas

Candi Tepas terletak di Tepas, Kesamben, Blitar, Jawa Timur. Secara keseluruhan struktur bangunan candi ini telah rusak. Struktur bangunan yang tertinggal saat ini adalah bagian pondasi, kaki candi yang mempunyai ukuran panjang 11,25 m, lebar 7,75 m dan tangga naik yang menghadap ke barat.

Keseluruhan bangunan candi ini terbuat dari batu andesit, kecuali bagian dasar candi yang menggunakan bata merah. Sekitar 17 m ke arah utara candi terdapat struktur bata yang membujur dari arah timur ke barat, demikian juga disisi timur dan selatan candi. Struktur bata ini diduga dulunya merupakan pagar keliling dari bangunan candi tersebut.

12. Candi Simping

Disebut juga candi Sumberjati, terletak di desa Sumberjati, kecamatan Kademangan, Blitar. Saat ini candi Simping masih dalam keadaan berupa reruntuhan, namun, candi ini merupakan persemayaman abu jenazah Raden Wijaya (1293 - 1309 M), Candi ini disebut dalam naskah Negarakertagama, dan direnovasi oleh Raja Hayamwuruk pada tahun 1285 Syaka (1363 M), kontruksi gambar yang dibuat oleh Dinas Kepurbakalaan menggambarkan candi ini indah dan ramping meninggi.

Kondisi Candi Simping tidak memungkinkan untuk dipugar, karena terlalu banyak bagian candi yang hilang Kitab Negarakretagama menyebutkan candi itu merupakan tempat Raden Wijaya diperabukan. Candi Simping memiliki relief jenis pradasina, relief yang dibaca searah jarum jam. Biasanya relief pradasina tidak digunakan pada candi yang berfungsi sebagai makam. (v7x-berbagai sumber)

7 comments:

  1. SANGAT MEMBANTU GAN!!!!!!!!

    ReplyDelete
  2. hoeee kie blog punya sapa????

    ReplyDelete
  3. RE:
    "SANGAT MEMBANTU GAN!!!!!!!! "

    Amin... Makasih, Gan! :cendolbig

    ReplyDelete
  4. RE:
    "hoeee kie blog punya sapa????"

    Punya saya, Mbak/Mas... Coba dicek twitter atau facebook-nya... :D

    ReplyDelete
  5. Makasih infonya mas, sangat membantu sekalai dalam pencarian saya

    ReplyDelete
  6. mas nya orang blitar yaa ? hehe

    ReplyDelete

Tulis apa yang ingin kamu tulis:

Powered By Blogger