Tuesday, September 6, 2011

My Darkest Anniversary



Lagi, entah sengaja atau tidak, aku menulis notes di Facebook tepat beberapa menit sebelum hari ulang tahun. 11:50 PM, Beberapa menit lagi lepas tengah malam. Memang, dulu almarhum kakekku, Alm. Muso Tadju, sering bercerita bahwa aku dilahirkan sekitar satu jam lepas tengah malam, dua puluh empat tahun yang lalu. I miss you, Mbah Kung.

Banyak hal yang telah aku alami sepanjang usiaku ini. Namun, kalau boleh bercerita, mungkin hari ulang tahun kali inilah yang paling 'kelam' di sejarah hidupku. Bagaimana tidak? Ketika kita mengetahui bahwa orang yang benar-benar kita cintai, mengatakan bahwa Ia tidak lagi mencintai kita? Setelah hampir empat tahun mengalami pahit getir dan bahagianya menjalin hubungan kasih.

Ketika kita sadar bahwa semua pengorbanan yang kita lakukan berakhir dengan kesia-siaan. Ketika kita kehilangan satu-satunya semangat dan tujuan kita di masa depan.

Maaf, karena aku tak punya teman untuk mencurahkan isi hati. Begitu mudah kita menemukan teman untuk bersuka dan senang, namun ketika kita diselimuti luka dan duka, entah kemana mereka. Karena itu, aku menulis dalam catatan ini.

Beberapa bulan lalu, aku berkata kepada orang tua-nya, berempat, di ruang tamu rumahnya, dan aku berkata bahwa hubungan yang kita jalin bukanlah sebuah hubungan layaknya ABG. Aku mengatakan kepada ayah ibunya, bahwa aku punya niatan untuk membawa hubungan ini kearah yang lebih serius. Pun aku sudah mengatakannya kepada kedua orang tuaku. Namun semuanya berakhir hanya beberapa hari sebelum hari jadiku ke dua puluh empat.

Lebaran hari kedua, aku bertandang ke rumahnya. Ia memilih pergi bersama teman-temannya, aku sendiri bercengkerama dengan ibu dan budenya. Sampai akhirnya aku mengatakan apa yang terjadi dengan hubungan kita. Saat itulah, aku melihat sebuah momen yang sangat meyesakkan. Ketika ibu dan budenya meneteskan airmata, dan mengatakan bahwa mereka sudah menganggap aku sebagai anak dan keluarganya, memintaku untuk tetap mengunjungi mereka setiap saat, meskipun impian dan cita-cita yang selama ini aku perjuangan hancur begitu saja ditengah jalan.

Ia tidak tahu, bahwa aku sangat mencintainya. Ia tidak tahu apa saja yang telah aku lakukan untuk memperjuangkan apa yang Ia inginkan. Ia hanya tahu ketika aku sudah melakukan hal untuknya, tanpa tahu bagaimana proses perjuangan yang aku lakukan untuk melakukan hal itu. Menyedihkan, memang.

Ia meyakinkanku, menyuruhku untuk mencari orang yang lebih baik darinya. Bisakah? Tidak. Kalaupun aku tahu aku bisa mendapatkan wanita lain, aku tidak akan melakukannya. Karena hati tidak pernah bisa dibohongi. Ia terus meyakinkan, bahwa kalau kita berjodoh, pasti juga akan kembali lagi. Semudah itukah? Belum pernah aku mencintai orang sampai gila seperti ini. Ada pelajaran hidup yang bisa aku ambil, bahwa mecintai seseorang secara berlebih selalu berakhir menyakitkan. Sangat.

Sampai sekarang aku tak tahu pasti apa alasan Ia tak lagi mencintaiku. Dia hanya bilang ada banyak alasan. Aku hanya bisa menerka: Apakah Ia sudah menemukan orang yang lebih baik segala-galanya daripadaku? Atau mungkin, ketika Ia curhat dengan teman laki-lakinya, tentang masalah kita, Ia justru mendapat 'provokasi'? bukan solusi? Atau mungkin aku telah melakukan kesalahan yang begitu besar hingga tak dapat dimaafkan? Hanya Tuhan dan Ia sendiri yang tahu, bahkan aku tak yakin malaikat-malaikat di kanan-kirinya mengetahui alasannya.

Ulang tahunku kali ini semakin kelam, ketika aku tahu bahwa hubungan antara kedua orang tuaku semakin memburuk.

Namun, semuanya bukan alasan bagiku untuk berkubang dalam kesedihan. Aku berdoa, semoga aku masih bisa bersatu lagi dengan orang yang sangat aku cintai, semoga kedua orang tuaku menyelesaikan masalah mereka dan berujung kebahagiaan, semoga aku mampu melanjutkan hidup ini dalam keadaan seperti ini. Aku harus mampu melangkah lebih jauh, dan menemukan apa arti bahagia di depan sana.

Amin.

1 comment:

Tulis apa yang ingin kamu tulis:

Powered By Blogger